Tuesday, 15 March 2011

Alan Merten - Presiden Direktur PT Manulife Indonesia

Senin, 02 Agustus 2010

Kami ingin tumbuh bersama nasabah, agen, dan pegawai


MESKI sudah 25 tahun berkecimpung di bisnis asuransi, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) terus berbenah. Maklum, persaingan di bisnis asuransi kian ketat. Seperti apa langkah yang ditempuh perusahaan asuransi asal Kanada ini? Dua pekan lalu, wartawan KONTAN Azis Husaini mewawancarai Alan Merten, Presiden Direktur Manulife Indonesia yang baru terpilih.
Ketika ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Manulife Indonesia pada pertengahan Juli lalu, terus terang, saya merasa senang. Bagi saya, Indonesia bukan negara asing. Saya pernah datang ke sini tahun 1993 untuk mendirikan sebuah perusahaan asuransi asing sebelum akhirnya saya hijrah ke Manulife Hong Kong.
Dari pengalaman saya, ada satu hal yang membuat saya tertarik dengan orang-orang Indonesia. Mereka punya rasa keingintahuan yang tinggi. Misalnya, ingin tahu sudah punya anak berapa, asalnya dari mana, hingga ingin tahu hobi seseorang. Di negara Barat, jarang ada orang yang ingin tahu jatidiri orang lain. Sifat ramah ini membuat saya ingin lebih dekat dengan Indonesia. Saya ingin belajar bahasa Indonesia. Apalagi, saya juga termasuk orang yang selalu ingin belajar.
Selama saya berkarier di berbagai negara, saya telah menguasai banyak bahasa. Seperti, bahasa Prancis, Inggris, Swiss, Jerman, Mandarin, dan sekarang bahasa Indonesia, meski baru sedikit-sedikit.
Saya ingin belajar bahasa Indonesia, karena, bagi saya, bahasa merupakan kunci dalam berkomunikasi serta dalam berbisnis.
Apalagi, Indonesia termasuk negara yang mempunyai potensi besar di bidang asuransi. Tahun lalu saja, Manulife Indonesia menyumbang sekitar 10% dari total pendapatan Manulife Group di Asia.
Bagi kami, ini pencapaian yang tidak mudah. Karena, kami sudah berada di Indonesia selama 25 tahun.
Maka dari itu, sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Indonesia, Manulife Indonesia meluncurkan logo khusus untuk merayakan perjalanan bisnis Manulife di Indonesia. Misalnya angka 25 yang bersepuh warna emas menunjukkan tahun emas Manulife. Lantas ada tiga warna yang menyertai logo Manulife, yakni merah, kuning, dan biru.
Warna-warna itu menunjukkan tiga lini bisnis Manulife Indonesia. Yaitu, asuransi jiwa, asuransi kumpulan, dan reksadana. Menurut kami, Manulife adalah perusahaan asuransi yang menawarkan beragam produk jasa keuangan yang terbilang lengkap.
Melihat profil bisnis Manulife Indonesia ini, saya yakin akan perkembangan Manulife ke depan. Tinggal, bagaimana cara saya untuk bisa menggali potensi yang terkandung di Manulife itu sendiri. Salah satunya adalah para karyawan.
Saya termasuk orang yang terbuka dan ingin tahu apa      yang menjadi kebutuhan dan perhatian para karyawan. Untuk itu, saya ingin mendekatkan diri kepada seluruh karyawan Manulife yang saat ini berjumlah 6.000 orang.
Dalam waktu dekat, saya akan mengunjungi cabang-cabang Manulife yang sekarang telah berjumlah 130 unit yang tersebar di 20 kota.
Selain itu, sebagai pimpinan,      saya akan menjalin kerjasama      dengan berbagai pihak, baik  itu pihak internal atau eksternal, untuk memajukan laju bisnis Manulife di Indonesia. Apalagi, bisnis kami mendapat sokongan dari pemerintah berupa regulasi yang terus mengalami perbaikan secara signifikan.
Melihat respons dari pemerintah yang positif itu, kami juga yakin, Manulife bakal terus memberikan komitmen untuk tetap berbisnis di Indonesia. Kami pun akan terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah Manulife yang saat ini berjumlah dua juta orang.
Perbanyak agen
Melihat kemajuan dan potensi bisnis yang masih ada, saya tidak akan melakukan perubahan strategi bisnis secara drastis di Manulife Indonesia yang sudah baik ini. Tugas utama saya adalah tinggal bagaimana caranya untuk mengembangkan bisnis yang sudah ada ini.
Meski begitu, tidak mudah mengembangkan bisnis asuransi di tengah persaingan yang makin sengit ini. Sebagai pimpinan, saya sudah menyiapkan serangkaian langkah supaya Manulife bisa terus maju.
Langkah pertama yang saya anggap penting adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Terutama, meningkatkan kualitas agen asuransi Manulife Indonesia.
Asal tahu saja, peran agen asuransi amat penting bagi pertumbuhan bisnis Manulife.   Sekitar 65% pendapatan premi Manulife Indonesia berasal dari para agen asuransi kami. Sisanya berasal dari kerjasama dengan pihak lain, terutama perbankan (bancassurance).
Kontribusi agen wilayah Jakarta menyumbang sekitar 55% dari total bisnis dari kanal keagenan. Lantas, agen wilayah Surabaya menyumbang sekitar 20%. Sisanya terbagi di beberapa wilayah seperti Bandung, Medan, dan Banda Aceh.
Untuk itu, kami sudah menyediakan online exam atau ujian online bagi para agen asuransi di tujuh kota. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan agen Manulife terhadap produk asuransi dan mengetahui secara detail kebutuhan para konsumen yang berbeda-beda.
Agen asuransi yang lulus ujian ini punya kesempatan untuk mendapatkan lisensi sebagai agen asuransi bersertifikat dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia. Ini adalah syarat yang harus dipenuhi oleh seluruh perusahaan asuransi.
Dari 6.000 agen asuransi yang kami memiliki, sekitar 5.200 sudah bersertifikat. Kami menargetkan, hingga akhir 2010, Manulife sudah harus mempunyai 6.000 agen asuransi bersertifikat. Dan, dalam lima tahun ke depan, kami harus punya 15.000 agen asuransi bersertifikat.
Untuk melengkapi agen yang berkualitas, sebagai langkah kedua, kami bakal terus mengeluarkan beragam produk asuransi. Sebab, produk asuransi yang beragam bisa membantu nasabah untuk memilih produk      jasa keuangan mana yang paling baik; apakah itu dari sisi perlindungan atau sisi investasi.
Salah satunya adalah Proactive Silver. Produk asuransi jiwa ini mempunyai manfaat perlindungan jiwa selama satu tahun penuh dengan uang pertanggungan sebesar Rp 25 juta. Produk ini cocok bagi orang yang kita sayangi.
Kiat kami yang ketiga adalah mendekatkan diri dengan para nasabah. Rencananya, kami bakal menyelenggarakan turnamen golf yang dirancang khusus untuk para nasabah dan rekan bisnis.
Kami juga tidak melupakan peran agen. Kami ingin mereka bisa menjelaskan produk ke konsumen atau nasabah secara lebih leluasa. Untuk itu, kami mengadakan promosi dalam bentuk road show dan client gathering.
Lewat serangkaian langkah strategi ini, kami yakin bisa terus mengembangkan bisnis Manulife Indonesia. Kami memperkirakan, dari produk-produk yang sudah kami tawarkan di pasar, dana kelolaan kami bisa tumbuh sebesar 75% sampai akhir tahun ini. Adapun nilai dana kelolaan kami per tanggal 31 Maret 2010 adalah sebesar Rp 11,53 triliun.
Kami juga tidak melupakan kegiatan sosial melalui Yayasan Manulife Peduli. Kami sudah melakukan penanaman 600 bibit bakau di Kapuk dan Angke Jakarta Utara. Kami juga sudah memberi kredit mikro ke masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam pasca-musibah tsunami.
Itu kami lakukan karena kami percaya, di Manulife, kami bisa tumbuh bersama dengan para nasabah, agen, karyawan, dan mitra kerja. Ini sesuai semboyan kami: together we grow.

No comments:

Post a Comment